Pemimpin pada umumnya dikaitkan dengan
konsep kekuasaan(power). Kekuasaaan
itu sendiri seringkali didefinisikan sebagai kapasitas untuk mempengaruhi orang
lain. Dalam suatu komunitas, organisasi ataupun pemerintahan, seorang pemimpin
sangat dibutuhkan dalam mencapai kemajuan suatu organisasi atau institusi
tersebut. Dalam perkembangan zaman yang seperti ini, pasti setiap orang
mendambakan pemimpin yang jujur, peduli dan MELAYANI.
Namun di negara kita yang tercinta ini,
jarang kita temukan pemimpin yang mau MELAYANI. Mereka ingin menjadi seorang
pemimpin yang DILAYANI. Hal itu didasari dari sikap angkuh dan sombong karena
bagi mereka pemimpin dianggap sebagai jabatan yang tinggi dan memiliki pengaruh
besar dalam memutuskan apapun. Masyarakat tak butuh pemimpin yang seperti itu,
tetapi butuh pemimpin yang mau MELAYANI agar kehidupan masyarakat lebih makmur
dan sejahtera.
Teori tentang pemimpin yang melayani telah
dimulai sejak tahun 1970, ketika R.K. Greenleaf (1904-1990) menulis sebuah
essay yang berjudul “The Servant as Leader”. Essay tersebut dikembangkan
oleh Greenleaf menjadi sebuah buku yang diterbitkan tahun 1977 berjudul “Servant
Leadership: A Journey into the Nature of Legitimate Power and Greatness”.
Ide mengenai pemimpin yang melayani ini diperoleh Greenleaf tahun 1960-an
ketika membaca novel karya Herman Hessee, “Journey to the East”. Setelah membaca cerita ini, Greenleaf (2002) menyimpulkan bahwa
pemimpin yang HEBAT diawali dengan bertindak sebagai PELAYAN bagi orang lain.
Kepemimpinan yang sesungguhnya timbul dari motivasi utama untuk membantu orang
lain. Kedua kata “melayani” dan “pemimpin” biasanya dianggap sebagai hal yang
berlawanan. Ketika kedua hal yang bertolak belakang disatukan dengan cara yang
kreatif dan berarti, sebuah paradoks muncul. Greenleaf
(2002) menyatakan bahwa pemimpin yang melayani diawali dengan perasaan alami
untuk melayani terlebih dahulu. Setelah itu, dengan kesadaran, seseorang ingin
memimpin. Greenleaf (2002) mendefinisikan pemimpin yang melayani adalah seorang
pemimpin yang sangat peduli atas pertumbuhan dan dinamika kehidupan pengikut,
dirinya dan komunitasnya dan karenanya ia mendahulukan hal-hal tersebut
dibandingkan dengan pencapaian ambisi pribadi atau pola dan kesukaannya saja.
Impiannya ialah agar orang yang dilayani tadi akan menjadi pemimpin yang
melayani juga. Greenleaf (2002) menekankan, bila seseorang ingin menjadi
pemimpin yang efektif dan berhasil, ia harus lebih dulu memiliki motivasi dan
hasrat yang besar untuk memenuhi kebutuhan orang lain.
Menurut
Larry C. Spears (1995), mengacu pada pemikiran Greenleaf, terdapat
karakteristik seorang pemimpin maupun calon pemimpin yang ditunjukkan dari
sikap dan perilaku pemimpin tersebut.Di bawah ini adalah karakteristik seorang
pemimpin yang melayani:
- Kesediaan untuk menyimak (listening) : Pemimpin yang melayani mencoba untuk mengidentifikasikan keinginan dari sebuah kelompok dan membantu mengklarifikasikan keinginan tersebut, dengan cara menyimak.
- Kuat dalam empati (empathy) : Manusia perlu untuk merasa diterima dan diakui atas semangat mereka yang khusus dan unik.
- Melakukan pemulihan-pemulihan (healing) : Salah satu kekuatan terbesar seorang pemimpin yang melayani adalah kemampuannya untuk melakukan pemulihan bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
- Penyadaran/peningkatan kesadaran (awareness) : Kesadaran membantu seseorang dalam memahami persoalan yang berhubungan dengan etika dan nilai.
- Memiliki sifat persuasif (persuasion) : Pemimpin yang melayani mencoba untuk meyakinkan orang lain, bukan memaksa orang lain untuk patuh.
- Mampu membuat konsep (conceptualization) : Pemimpin yang melayani mengembangkan kemampuannya untuk “memimpikan hal-hal besar.” Kemampuan untuk melihat permasalahan (atau sebuah organisasi) dari perspektif konseptualisasi berarti bahwa seseorang harus berpikir melebihi realitas sehari-hari.
- Mampu membuat perkiraan yang tepat (foresight) : Foresight adalah sebuah karakteristik yang memungkinkan pemimpin yang melayani untuk memahami pelajaran dari masa lalu, realitas saat ini dan kemungkinan konsekuensi dari sebuah keputusan untuk masa depan.
- Penatalayanannya baik (stewardship) : Peter Block (dalam Spears 2004) telah mendefinisikan stewardship sebagai “memegang sesuatu yang dipercayakan kepadanya oleh orang lain”.
- Memiliki komitmen untuk menghasilkan proses pembelajaran (commitment to the growth of people) : Pemimpin yang melayani menyadari tanggung jawab yang luar biasa untuk melakukan semua hal yang memungkinkan untuk membantu pembelajaran sumber daya manusia.
- Serius dalam upaya pembentukan dan pengembangan komunitas (building community)
Pemimpin
yang melayani bukan hanya 10 karakteristik di atas. Menurut saya untuk menjadi
pemimpin yang melayani yang terpenting adalah pemimpin yang memiliki ketaatan
dan kepatuhan apa yang Tuhan perintahkan. Pemimpin yang takut akan Tuhan, pasti
akan menjadi pemimpin yang mampu melayani orang lain. Karena Tuhan saja
dilayani apalagi sesamanya bukan ??
True Greatness, True Leadership,
is achieved not by reducing men to one’s service but in giving oneself in
selfless service to them.
(Oswald Sanders)
(Oswald Sanders)
Setiap
orang memiliki kesempatan untuk menjadi pemimpin dan itu tidak perlu dengan
berebut jabatan tinggi yang ditawarkan dunia. Kita bisa memulai menjadi
pemimpin diri kita sendiri dengan memimpin diri kita untuk belajar melayani
orang-orang disekitar kita tanpa memandang siapa dia.
#keep_humble
#leader_is_servant
Sumber
: Greenleaf, Robert K., Larry C. Spears, 2002. Servant
Leadership: A Journey Into The Nature Of Legitimate Power And Greatness.
Mahwah, New Jersey: Paulist Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar