Kamis, 03 November 2016

Good Leaders Must First Become Servants



Pemimpin pada umumnya dikaitkan dengan konsep kekuasaan(power). Kekuasaaan itu sendiri seringkali didefinisikan sebagai kapasitas untuk mempengaruhi orang lain. Dalam suatu komunitas, organisasi ataupun pemerintahan, seorang pemimpin sangat dibutuhkan dalam mencapai kemajuan suatu organisasi atau institusi tersebut. Dalam perkembangan zaman yang seperti ini, pasti setiap orang mendambakan pemimpin yang jujur, peduli dan MELAYANI.
Namun di negara kita yang tercinta ini, jarang kita temukan pemimpin yang mau MELAYANI. Mereka ingin menjadi seorang pemimpin yang DILAYANI. Hal itu didasari dari sikap angkuh dan sombong karena bagi mereka pemimpin dianggap sebagai jabatan yang tinggi dan memiliki pengaruh besar dalam memutuskan apapun. Masyarakat tak butuh pemimpin yang seperti itu, tetapi butuh pemimpin yang mau MELAYANI agar kehidupan masyarakat lebih makmur dan sejahtera.
Teori tentang pemimpin yang melayani telah dimulai sejak tahun 1970, ketika R.K. Greenleaf (1904-1990) menulis sebuah essay yang berjudul “The Servant as Leader”. Essay tersebut dikembangkan oleh Greenleaf menjadi sebuah buku yang diterbitkan tahun 1977 berjudul “Servant Leadership: A Journey into the Nature of Legitimate Power and Greatness”. Ide mengenai pemimpin yang melayani ini diperoleh Greenleaf tahun 1960-an ketika membaca novel karya Herman Hessee, “Journey to the East”. Setelah membaca cerita ini, Greenleaf (2002) menyimpulkan bahwa pemimpin yang HEBAT diawali dengan bertindak sebagai PELAYAN bagi orang lain. Kepemimpinan yang sesungguhnya timbul dari motivasi utama untuk membantu orang lain. Kedua kata “melayani” dan “pemimpin” biasanya dianggap sebagai hal yang berlawanan. Ketika kedua hal yang bertolak belakang disatukan dengan cara yang kreatif dan berarti, sebuah paradoks muncul. Greenleaf (2002) menyatakan bahwa pemimpin yang melayani diawali dengan perasaan alami untuk melayani terlebih dahulu. Setelah itu, dengan kesadaran, seseorang ingin memimpin. Greenleaf (2002) mendefinisikan pemimpin yang melayani adalah seorang pemimpin yang sangat peduli atas pertumbuhan dan dinamika kehidupan pengikut, dirinya dan komunitasnya dan karenanya ia mendahulukan hal-hal tersebut dibandingkan dengan pencapaian ambisi pribadi atau pola dan kesukaannya saja. Impiannya ialah agar orang yang dilayani tadi akan menjadi pemimpin yang melayani juga. Greenleaf (2002) menekankan, bila seseorang ingin menjadi pemimpin yang efektif dan berhasil, ia harus lebih dulu memiliki motivasi dan hasrat yang besar untuk memenuhi kebutuhan orang lain.
Menurut Larry C. Spears (1995), mengacu pada pemikiran Greenleaf, terdapat karakteristik seorang pemimpin maupun calon pemimpin yang ditunjukkan dari sikap dan perilaku pemimpin tersebut.Di bawah ini adalah karakteristik seorang pemimpin yang melayani:
  1. Kesediaan untuk menyimak (listening) : Pemimpin yang melayani mencoba untuk mengidentifikasikan keinginan dari sebuah kelompok dan membantu mengklarifikasikan keinginan tersebut, dengan cara menyimak.
  2. Kuat dalam empati (empathy) : Manusia perlu untuk merasa diterima dan diakui atas semangat mereka yang khusus dan unik. 
  3.   Melakukan pemulihan-pemulihan (healing) : Salah satu kekuatan terbesar seorang pemimpin yang melayani adalah kemampuannya untuk melakukan pemulihan bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
  4. Penyadaran/peningkatan kesadaran (awareness) : Kesadaran membantu seseorang dalam memahami persoalan yang berhubungan dengan etika dan nilai.
  5. Memiliki sifat persuasif (persuasion) : Pemimpin yang melayani mencoba untuk meyakinkan orang lain, bukan memaksa orang lain untuk patuh.
  6. Mampu membuat konsep (conceptualization) : Pemimpin yang melayani mengembangkan kemampuannya untuk “memimpikan hal-hal besar.” Kemampuan untuk melihat permasalahan (atau sebuah organisasi) dari perspektif konseptualisasi berarti bahwa seseorang harus berpikir melebihi realitas sehari-hari.
  7. Mampu membuat perkiraan yang tepat (foresight) : Foresight adalah sebuah karakteristik yang memungkinkan pemimpin yang melayani untuk memahami pelajaran dari masa lalu, realitas saat ini dan kemungkinan konsekuensi dari sebuah keputusan untuk masa depan.
  8. Penatalayanannya baik (stewardship) : Peter Block (dalam Spears 2004) telah mendefinisikan stewardship sebagai “memegang sesuatu yang dipercayakan kepadanya oleh orang lain”. 
  9. Memiliki komitmen untuk menghasilkan proses pembelajaran (commitment to the growth of people) : Pemimpin yang melayani menyadari tanggung jawab yang luar biasa untuk melakukan semua hal yang memungkinkan untuk membantu pembelajaran sumber daya manusia. 
  10.   Serius dalam upaya pembentukan dan pengembangan komunitas (building community)

Pemimpin yang melayani bukan hanya 10 karakteristik di atas. Menurut saya untuk menjadi pemimpin yang melayani yang terpenting adalah pemimpin yang memiliki ketaatan dan kepatuhan apa yang Tuhan perintahkan. Pemimpin yang takut akan Tuhan, pasti akan menjadi pemimpin yang mampu melayani orang lain. Karena Tuhan saja dilayani apalagi sesamanya bukan ??

True Greatness, True Leadership, is achieved not by reducing men to one’s service but in giving oneself in selfless service to them.
(Oswald Sanders)

Setiap orang memiliki kesempatan untuk menjadi pemimpin dan itu tidak perlu dengan berebut jabatan tinggi yang ditawarkan dunia. Kita bisa memulai menjadi pemimpin diri kita sendiri dengan memimpin diri kita untuk belajar melayani orang-orang disekitar kita tanpa memandang siapa dia.

#keep_humble #leader_is_servant

Sumber : Greenleaf, Robert K., Larry C. Spears, 2002. Servant Leadership: A Journey Into The Nature Of Legitimate Power And Greatness. Mahwah, New Jersey: Paulist Press

Tidak ada komentar:

Posting Komentar